Gambar di atas adalah daun muda "Pohon lengkeng aroma durian". Demikian kata penjual tanaman tempat saya membeli pohon lengkeng tersebut.
Saat saya beli daun muda itu belum tumbuh, hanya ada daun-daun yang terlihat kering berwarna hijau tua dan kecil-kecil.
Awalnya pohon itu saya tanam di area teduh samping garasi. Tapi ternyata itu salah. Tempat teduh tak bagus untuk pohon yang berakar dan berbatang keras. Ia perlu cahaya matahari.
Setelah penantian sekitar tiga pekan, mulai tampak di ujung tangkai daun paling tinggi beberapa tunas yang mirip bentolan-bentolan kecil. Selang dua pekan bentolan itu menjelma mirip dua sirip bagian bawah ikan kecil. Sekitar dua pekan kemudian, dua sirip itu berubah jadi helain daun tipis seperti tampak pada gambar.
Menyaksikan semua proses pertumbuhan itu -meskipun tak instens setiap waktu- sungguh merupakan sebuah pengalaman baru. Bagi sebagian orang hal ini mungkin sepele, buang-buang waktu, atau kurang kerjaan. Bagi saya tidak.
Saya termasuk orang yang selalu berusaha memetik hikmah dari segala hal, termasuk hal-hal sepele.
Beberapa nas Al-Quran menyiratkan imbauan agar kita mampu memetik pelajaran dari proses penciptaan dan fenomena alam. Bukti kekuasaan Allah Sang Pencipta bertebaran di penjuru semesta. Kita hanya tinggal mengamati, memetik hikmah, dan mensyukuri semua.
Betapa besar dan berlimpahnya anugerah yang Allah sediakan untuk kita, insan kamil, mahluk paling sempurna yang dimuliakan dengan keberadaan akal. Dan fungsi akal adalah untuk berpikir, untuk mengamati, untuk menangkap pesan di balik penciptaan, pesan tentang keagungan dan kasih sayang-Nya.
Dan pesan yang saya tangkap di balik proses daun lengkeng aroma durian itu adalah tentang sabar. Sempat pesimis daun itu akan tumbuh, akhirnya setelah dipindahkan ke area yang lebih banyak cahaya matahari daun-daun muda pun bertumbuhan. Kini, saya tinggal menanti buah yang dijanjikan, bersama sabar dan ikhtiar penyiraman, pemupukan, dan pemangkasan setiap hari. (Bhy)

