Santri adalah pembelajar yang komplet. Dalam proses belajar, mereka mendapatkan paket pembelajaran lengkap: pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan kecakapan dalam kehidupan harian (psikomotorik).
Dalam hal pengetahuan, pelajar berpredikat santri setara dengan pelajar-pelajar lain di institusi pendidikan umum non pesantren.
Sudah banyak pesantren yang menerapkan kurikulum campuran antara metode dan materi pendidikan klasikal dengan sistem dan muatan kontemporer atau kekinian. Santri hari ini diharapkan tak hanya piawai dalam pidato atau nashrif tetapi juga terampil dalam, misalnya, mengoperasikan komputer, mendesain brand/produk, berbahasa asing (Arab/Inggris), dan sebagainya.
Jadi, sudah bukan masanya lagi menggangap santri "tertinggal" karena terkesan tradisional. Bahkan, di bidang tertentu bisa jadi lebih menonjol, misalnya dalam hal penguasaan bahasa Arab dan Inggris yang di sebagian besar pesantren menjadi bahasa harian.
Pada bagian sikap dan psikomotorik, dua hal ini dilatih secara simultan dalam kegiatan harian yang dimulai sejak dini hari.
Sebagian besar pesantren memulai aktivitas pada pukul tiga atau empat subuh. Ada yang mengisinya dengan sholat tahajjud, dzikir, dan persiapan sholat subuh berjamaah. Kemudian dilanjutkan dengan mengaji, mengulang pelajaran, dan sekolah formal. Selepas sekolah formal, diteruskan dengan kegiatan kepesantrenan yang biasanya rampung sehabis berjamaah sholat Isya dan jam belajar malam.
Dari rutinitas tersebut, santri menempa sikap dan kemampuan pribadinya. Contoh paling sederhana adalah santri mampu melatih kemandirian dan keteguhan hati saat menjalankan semua aktivitas itu.
Jadi, tidaklah terlalu berlebihan bila dikatakan menjadi santri adalah anugerah, terutama karena berkesempatan menempa diri di "kawah candradimuka" keterampilan, sikap, dan kemampuan pribadi. Semoga semua santri disehatkan dan mampu menuntaskan seluruh proses pendidikan. Aamiin.
Selamat Hari Santri Nasional 2021. Santri "Bertumbuh, Berdaya, Berkarya". (Bhy)